Beranda Hukum Islam Malam Nuzulul Qur’an dan Malam Lailatul Qadar

Malam Nuzulul Qur’an dan Malam Lailatul Qadar

3794
0

Alkhairaat – Malam Nuzulul Qur’an dan Malam Lailatul Qadar adalah dua malam yang sama istimewanya bagi umat Islam. Kedua malam ini merupakan malam yang bersejarah yang mempengaruhi kehidupan umat manusia. Al-Qur’an adalah pedoman dan petunjuk serta mukjizat Rasulullah SAW, sedangkan Lailatul Qadar adalah malam yang diberikan oleh Allah SWT hanya kepada umat Nabi Muhammad SAW.

Malam Nuzulul Qur’an

Nuzulul Qur’an adalah malam di mana Al-Qur’an diturunkan sesuai dengan ayat Al-Qur’an:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkanya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan (malam Lailatul Qadar). (QS. Al Qadar: 1-5).

Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi menjelaskan:

وَلَا خِلَافَ أَنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ لَيْلَةَ الْقَدْرِ عَلَى مَا بَيَّنَّاهُ جُمْلَةً وَاحِدَةً، فَوُضِعَ فِي بَيْتِ الْعِزَّةِ فِي سَمَاءِ الدُّنْيَا، ثُمَّ كَانَ جِبْرِيلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْزِلُ بِهِ نَجْمًا نَجْمًا فِي الْأَوَامِرِ وَالنَّوَاهِي وَالْأَسْبَابِ، وَذَلِكَ فِي عِشْرِينَ سَنَةً.

Artinya:
“Tidak ada perbedaan bahwa Al-Qur’an diturunkan dari Lauhi Mahfuz pada malam Lailatul Qadar secara keseluruhan seperti penjelasan kami. Maka Al-Qur’an terlebih dahulu diletakkan di Baitul Izzah di langit dunia. Kemudian Jibril (Alaihi Salam) menurunkannya secara berangsur tentang perintah, larangan dan sebab-sebab lainnya. Demikian itu terjadi selama 20 tahun.”

Ibnu Abbas berkata:

وَقَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ أُنْزِلَ الْقُرْآنَ مِنَ اللَّوْحِ الْمَحْفُوظِ جُمْلَةً وَاحِدَةً إِلَى الْكَتَبَةِ فِي سَمَاءِ الدنيا، ثم نزل بِهِ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ نُجُومًا- يَعْنِي الْآيَةَ وَالْآيَتَيْنِ- فِي أَوْقَاتٍ مُخْتَلِفَةٍ فِي إِحْدَى وَعِشْرِينَ سَنَةً

Artinya:
“Sahabat Ibnu Abbas berkata, Al-Qur’an diturunkan dari Lauhi Mahfuzh secara menyeluruh kepada para malaikat pencatat wahyu di langit dunia, kemudian Jibril turun membawanya secara berangsur, satu dan dua ayat, di waktu yang berbeda-beda selama 21 tahun.” (Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubi, Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an/Tafsir Al-Qurthubi, juz 2, hal. 297).

Proses turunnya Al-Qur’an secara total ini terjadi di bulan Ramdhan pada malam Lailatul Qadar, tepatnya pada malam tanggal 24 Ramadhan. Pendapat ini sebagaimana ditegaskan dalam riwayat Ibnu Abbas dan Watsilah bin Al-Asqa’.

Berkata Syekh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Thabari dalam kitab tafsirnya:

كَمَا حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ قَالَ ثنا أَبُو بَكْرِ بْنُ عَيَّاشٍ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ حَسَّانَ بْنِ أَبِي الْأَشْرَسِ، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ أُنْزِلَ الْقُرْآنُ جُمْلَةً مِنَ الذِّكْرِ فِي لَيْلَةِ أَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ مِنْ رَمَضَانَ، فَجُعِلَ فِي بَيْتِ الْعِزَّةِ

Artinya:
“Sebagaimana yang diceritakan Abu Kuraib kepada kami, beliau berkata: bercerita kepadaku Abu Bakr bin ‘Ayyasy dari Al-A’masy dari Hassan bin Abi Al-Asyras dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas beliau berkata; Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan pada malam 24 dari bulan Ramadhan, kemudian diletakan di Baitul Izzah.”

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنْصُورٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ رَجَاءٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عِمْرَانُ الْقَطَّانُ، عَنْ قَتَادَةَ، عَنِ ابْنِ أَبِي الْمَلِيحِ، عَنْ وَاثِلَةَ، ” عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: نَزَلَتْ صُحُفُ إِبْرَاهِيمَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ لِسِتٍّ مَضَيْنَ مِنْ رَمَضَانَ، وَأُنْزِلَ الْإِنْجِيلُ لِثَلَاثَ عَشْرَةَ خَلَتْ، وَأُنْزِلَ الْقُرْآنُ لِأَرْبَعٍ وَعِشْرِينَ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Bercerita kepadaku Ahmad bin Manshur, dia berkata, bercerita kepadaku Abdullah bin Raja’, dia berkata, bercerita kepadaku Imran al-Qatthan dari Qatadah dari Ibnu Abil Malih dari Watsilah dari Nabi, beliau bersabda; lembaran-lembaran Nabi Ibrahim turun pada awal bulan Ramadhan, Taurat diturunkan pada 6 Ramadhan, Injil diturunkan pada 13 Ramadhan, Al-Qur’an diturunkan pada 24 Ramadhan.” (Syekh Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Jami’ Al-Bayan ‘an Ta’wili Ayil Quran/Tafsir Al-Thabari, juz 3, hal. 188).

Dalam proses turunnya Al-qur’an secara berangsur-angsur seperti apa yang telah disebutkan, dari Lauhi Mahfuzh ke Baitul Izzah (Langit Dunia) hingga kepada Rasulullah SAW. Hal tersebut terjadi pertama kali di Gua Hira saat Rasulullah SAW berumur 40 tahun.

Adapun 5 ayat Al-Qur’an yang pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan adalah:

اِقۡرَاۡ بِاسۡمِ رَبِّكَ الَّذِىۡ خَلَقَ # خَلَقَ الۡاِنۡسَانَ مِنۡ عَلَقٍ‌ۚ‏ # اِقۡرَاۡ وَرَبُّكَ الۡاَكۡرَمُۙ # الَّذِىۡ عَلَّمَ بِالۡقَلَمِۙ # عَلَّمَ الۡاِنۡسَانَ مَا لَمۡ يَعۡلَمۡؕ

Artinya:
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia, Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya

Malam Lailatul Qadar

وَمَا اَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ # لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ اَلْفِ شَهْرٍ # تَنَزَّلُ الْمَلَئِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ اَمْرٍ # سَلَامٌ هِىَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

Artinya:
“Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadr: 1-5).

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Artinya:
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS: Ad-Dukhan 3-6).

Dari Abu Hurairah RA, Berkata Rasulullah SAW:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya:
“Barangsiapa yang menghidupkan lailatul qadar dengan shalat malam atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no. 1901 dan Muslim no. 760).

Dari Aisyah RA, berkata Rasulullah SAW:

تَحَرَّوْا ليلة القدرِ في الوِتْرِ، من العشرِ الأواخرِ من رمضانَ

Artinya:
“Carilah keutamaan Lailatul Qadr pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR. Al-Bukhari no. 2017 dan Muslim no. 1169).

Sayyidah Aisyah menceritakan:

أن النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان يعتكفُ العشرَ الأواخرَ من رمضانَ حتى توفاهُ اللهُ، ثم اعتكفَ أزواجُهُ من بعدِهِ

Artinya:
“Sesungguhnya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melakukan i’tikaf pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian istri-istri beliau melakukan i’tikaf setelahnya.” (HR Al-Bukhari no. 2026, dan Muslim no. 1172)

Sayyidah Aisyah berkata:

كان رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ يجتهدُ في العشرِ الأواخرِ ، ما لا يجتهدُ في غيرِه

Artinya:
“Rasulullah SAW bersungguh-sungguh pada sepuluh malam terakhir dengan kesungguhan yang tidak beliau lakukan pada waktu-waktu lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)

Syekh Musthafa Al-Maraghi dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa tidak ada malam yang lebih mulia dan agung dibandingkan malam Lailatul Qadar ketika diturunkannya Al-Quran. Olehnya malam Lailatul Qadar hanya terdapat dibulan suci Ramadhan, dimana nilai kebaikan dalam bulan tersebut berlipat ganda dan ada satu malam yang nilai kebaikannya lebih baik dari 1000 bulan atau sama dengan nilai ibadah selama 84 tahun dan 4 bulan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here